Situasi Derajat Kesehatan


Mortalitas / Kematian

Jumlah Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan indikator penting yang menggambarkan besarnya resiko fase kehamilan, persalinan serta fase nifas (42) hari setelah melahirkan) diantara 100 ribu kelahiran hidup dalam wilayah pada kurun waktu tertentu.
Kematian Ibu adalah kematian Ibu yang sedang hamil, saat proses persalinan maupun setelah melahirkan sampai 42 (empat puluh dua) hari.
Grafik 7
Angka Kematian Ibu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sukaraja
Tahun 2014, 2015, 2016, 2017

Sumber : Dokumen KIA Puskesmas Sukaraja
Dari data grafik diatas pada periode tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja di temukan 1 kasus kematian pada ibu. Adapun penyebab kematian antara lain karena anemi serta penyakit penyerta TBC.
Adapun upaya yang dilakukan untuk antisipasi terulangnya kasus kematian ibu dengan penyebab langsung (Perdarahan, Infeksi, Eklampsi) dan tidak langsung adalah dengan ANC terpadu, dan dukungan lintas sektor agar  tidak terjadi 3 T (Terlambat mengambil keputusan, Terlambat merujuk, Terlambat mendapat pertolongan).

Jumlah Kematian Bayi (AKB)

Definisi Operasional  Kematian Bayi adalah bayi lahir hidup kemudian meninggal dari usia 29 (dua puluh sembilan) hari sampai usia 12 (dua belas) bulan kurang satu hari.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan neonatal.
Angka Kematian Bayi menggambarkan besarnya resiko kematian bayi kurang dari umur satu tahun (< 1 tahun) dalam 1000 (seribu) kelahiran hidup.
Dari data grafik di bawah dapat disimpulkan bahwa angka kematian bayi di wilayah kerja UPT Puskesmas Sukaraja merupakan kejadian buruk. Dimana dari tahun 2013 terjadi kematian sebanyak 13 bayi dan di tahun 2014 terjadi kematian sebanyak 18 bayi, di tahun 2015 terjadi 8 kasus kematian bayi, 2016 ada 6 kasus kematian bayi, serta di tahun 2017 ada 8 kasus kematian bayi.






Grafik 8
Angka Kematian Bayi di wilayah 
kerja UPT Puskesmas Sukaraja
Periode tahun 2013, 2014, 2015, 2016, 2017

Sumber : Dokumen KIA Puskesmas Sukaraja
Hal ini disebabkan dari beberapa faktor penyebab kematian diantaranya IUFD, Afiksia, BBLR. Dari data yang tercatat faktor lain yang menjadi penyumbang angka kematian bayi adalah cakupan penolong persalinan oleh bukan tenaga kesehatan (dukun paraji), kasadaran asupan gizi ibu hamil, kesehatan lingkungan, dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya meminum tablet Fe rendah dan juga pendistribusian tablet Fe dari Dinas Kesehatan kurang sehingga banyak bumil dengan kadar hb rendah, masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya melahirkan di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Adapun tindaklanjut yang ditempuh untuk menekan angka kematian bayi di wilayah kerja UPT Puskesmas Sukaraja adalah dengan upaya kerjasama lintas sektor berupa kemitraan bidan dan dukun paraji, kegiatan kelas ibu hamil, meningkatkan cakupan penjaringan deteksi resiko pada ibu hamil.

Jumlah Angka Kematian Balita (AKABA)

Interpretasi Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian balita umur 0-5 tahun diantara 1000 Kelahiran Hidup (KH).Adapun selama periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 tidak terdapat kasus angka kematian balita (AKABA) di wilayah kerja UPT Puskesmas Sukaraja.

    1. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik incidens maupun prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Selain itu, morbiditas berperan pula dalam penilaian status dan derajat kesehatan masyarakat.

  1. Gambaran Masalah Umum Kesehatan
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan ke UPT Puskesmas Sukaraja pada tahun 2017 sebanyak 22.743. Banyaknya kunjungan pasien ke puskemas dan jaringannnya selain berobat jalan dan One Day Care juga untuk mendapatkan pelayanan preventif seperti pelayanan keluarga berencana (KB), imunisasi, pemeriksan kehamilan, rujukan, kir dokter dan klinik sanitasi.
Pada tahun 2017 kasus rawat jalan di puskesmas, penyakit Gastrities merupakan jenis penyakit terbanyak yaitu sebanyak 4.627 atau sebesar 21,55 %  dan Gejala dan Tanda Umum Lainnya  sebanyak 1.688 atau sebesar 7,86%. Penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif yang masuk ke dalam 10 besar penyakit yaitu penyakit Hipertensi (essensial) sebanyak 839 atau sebesar 3,90 %. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 dan tahun 2016, jumlah kunjungan pasien yang datang ke puskesmas pada tahun 2017 mengalami penurunan tetapi apabila ditinjau dari jenis penyakit, Gastrities  masih merupakan jenis penyakit terbanyak yang ada di UPT Puskesmas Sukaraja. Untuk jenis penyakit tidak menular dan degeneratif, penyakit Hipertensi essensial mengalami pernurunan angka kesakitan dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu dari 2 (dua) besar penyakit terbanyak di puskesmas menjadi 4 (empat) besar penyaki yaitu 1.356 kasus.

Tabel  9
10 besar penyakit di UPT Puskesmas Sukaraja
No
Nama Penyakit
2014
2015
2016
2017
1
Gastritis
3032
4.988
3332
4.627
2
Myalgia
2169
3.473
2279
3.142
3
Influenza
2104
3.388
2184
3.301
4
Commond Cold
1118
2.066
1104
1.903
5
Gangguan lain pada kulit dan jaringannya yg tidak terklasifikasi
1466
1.917
1470
1.863
6
Gejala dan tanda umum lainnya
1118
1.638
1127
1.688
7
Hipertensi
1345
1.327
1356
2.113
8
Ispa
1198
1.297
1205
1.497
9
Demam tidak diketahui gejalanya
879
927
987
1.031
10
Diare
587
779
698
1.578

Sumber : Laporan Pelayanan Rawat Jalan
      1. Gambaran Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang  menjadi perhatian nasional maupun global. Apabila tidak dikendalikan dengan tepat dan benar serta secara continue, PTM juga dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi nasional karena PTM sifatnya kronis dan pada umumnya terjadi pada usia produktif.
Tabel 10
Penyakit tidak Menular
No
Nama Penyakit
2014
2015
2016
2017
1
Hipertensi
1345
1.327
1.366
2.113
2
Asma
195
206
193
208
3
Diabetes Melitus
55
58
61
172
4
Jantung
4
4
2
3
5
Obesitas
25
24
23
25
6
Penyakit Tyroid




7
Stroke




8
PPOK


4

9
Osteoporosis




10
Ginjal




11
Tumor Payudara




12
Retinoblastima




13
Leukimia




14
Lesi Pra Kanker




15
Cedera akibat lalu lintas



2
16
Cedera akibat Rumah tangga




17
Cedera akibat lainnya


118
145


Pada tahun 2017 jumlah penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sukaraja yang datang untuk memeriksa tekanan darah yaitu sebanyak 2.278 orang. Penduduk yang datang untuk memeriksa tekanan darah ke puskesmas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 1.205 orang sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 1073 orang.Hal ini dapat disimpulkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih sadar terhadap kondisi kesehatannya.
Grafik 11
Distribusi Penduduk yang Diukur Tekanan Darah Berdasarkan Jenis KelaminDi Puskesmas Sukaraja Kabupaten Garut Tahun 2017










Sumber : Laporan Program PTM Puskesmas Sukaraja Tahun 2017

Data PTM yang bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Sukaraja masih belum terkordinir dengan baik, ini disebabkan sistem pencatatan dan pelaporan yang belum terlaksana secara optimal. Dari awal sampai akhir tahun 2017 tidak seluruhnya data yang tercatat di Laporan Program PTM UPT Puskesmas Sukaraja. Dengan keterbatasan data tersebut, informasi yang dihasilkan belum dapat menggambarkan situasi sebenarnya namun dapat memberikan gambaran PTM yang  terjadi di wilayah kerja UPT Puskesmas Sukaraja.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa dari sebanyak 3.278 orang yang datang ke puskesmas Puskesmas Keliling untuk memeriksa tekanan darahnya, yang terdiagnosa hipertensi yaitu sebanyak 2.113 orang. Penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 916 orang atau sebesar 83,7%  sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 178 orang atau sebesar 16,3%. Dari gambaran grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Kecamatan Sukaraja tahun 2017 yang mempunyai penyakit hipertensi moyoritas adalah berjenis kelamin perempuan.

Grafik 12
Distribusi Penduduk yang Diukur Tekanan Darah dan Terdiagnosa Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin 
Di UPT Puskesmas Sukaraja Tahun 2017


Sumber : Laporan Program PTM


Dari data grafik di bawah dapat terlihat bahwa dari empat (4) fasilitas kesehatan yang mempunyai data kunjungan terbanyak dengan diagnosa hipertensi, Rawat Jalan Puskesmas mempunyai jumlah kunjungan pasien dengan diagnosa hipertensi terbanyak dibanding dengan fasilitas kesehatan lainnya di Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan banyuresmi.




Grafik 13
Distribusi Puskesmas dengan Pasien Terdiagnosa Hipertensi
 Di UPT Puskesmas Sukaraja  Tahun 2017










Sumber : Laporan Kunjungan Rawat Jalan

      1. Gambaran Umum Penyakit Menular
    1. Penyakit Menular Bersumber Binatang
Tabel 14
Penyakit menular bersumber binatang
No
Nama Penyakit
2014
2015
2016
2017
1
Malaria
0
0
0
0
2
DBD
0
0
0
0
3
Rabies
0
0
0
0

Selama periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, belum ditemukan / dilaporkan kasus penyakit menular bersumber binatang baik berupa malaria, demam berdarah dengue dan gigitan hewan tersangka rabies.
    1. Penyakit Menular Langsung (Diare, Kusta, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Tuberkulosis, Penyakit Menular Seksual)


Tabel 15
Penyakit menular langsung
NO
Nama Penyakit
2014
2015
2016
2017
1
Diare
682
212
762
828
2
Kusta
0
0
0
0
3
Ispa
5001
5312
5211
6328
4
TBC
32
35
23
27
5
Penyakit Menular Seksual
0
0
0
0

Tabel 16
Cakupan Pelayanan Penderita Peneumonia Balita, TBA BTA Positif, DBD yang tertangani dan Penemuan Penderita Diare
Di UPT Puskesmas Sukaraja Tahun 2017

Peneumonia Balita
TBA BTA Positif
DBD
Diare
Jumlah Kasus
Ditangani
Kasus Baru
Sembuh
Jumlah Kasus
Ditangani
Jumlah Kasus
Ditangani
27
27
1
4
0
0
828
828
Sumber : Laporan Program Surveilans

Dari data tabel diatas dapat diuraikan bahwa dari beberapa jenis penyakit menular langsung tidak ditemukan kusus penderita DBD selama periode tahun 2017, sementara penderita peneumonia balita tercatat jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 27 dan yang tertangani sejumlah 27 pada kasus penderita diare ditemukan sejumlah 828 kasus dan yang tertangani sejumlah 828 kasus. Adapun penderita TBA Positif tercatat sebanyak 4 penderita yang dinyatakan sembuh dan ditemukan kasus baru sebanyak 1 kasus.



  1. Gambaran Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
  • Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Polio yang menyerang saraf, dapat menyebabkan kelumpuhan yang menetap dan tidak dapat diobati. Penyakit ini merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang dapat dibasmi.
  • Penyakit Difteri mempunyai gejala demam disertai adanya selaput tipis (pseudomembran) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas, tetapi mudah berdarah. Pada pemeriksaan usap tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Di UPT Puskesmas Sukaraja pada khususnya dan di Kabupaten Garut pada umumnya selama tahun 2017 tidak terlaporkan adanya kasus difteri, namun demikian perlu diwaspadai adanya transmisi atau penularan dari kabupaten/ kota yang merupakan daerah ditemukan atau endemis difteri, yang wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Garut, diantaranya Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
  • Penyakit Pertusis adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk beruntun biasanya pada malam hari dengan suara khas yang pada akhir batuk menarik nafas panjang dan terdengar suara “hup” (whoop). Pemeriksaan laboratorium pada apusan lendir tenggorok ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis). Di wilayah kerja UPT Puskesmas Sukaraja sampai dengan tahun 2017 tidak terlaporkan adanya kasus pertusis, hal ini dimungkinkan karena kekebalan masyarakat terhadap penyakit ini sudah baik sehingga penyakit pertusis ini jarang ditemukan lagi.
  • Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan racun yang menyerang saraf. Sedangkan Tetanus Neonatorum (TN) adalah bayi lahir hidup normal dapat menangis dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada umur 3–28 hari (Depkes RI, 2003).
  • Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus. Sembilan puluh persen (90%) anak yang tidak kebal akan terserang penyakit campak. Berdasarkan cakupan imunisasi rata-rata sejak tahun 1996 – 2000 sebesar 91,8% di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 10.336 – 31.000 kematian karena campak pada tahun 2000. Meskipun cakupan imunisasi cukup tinggi, Kejadian Luar Biasa (KLB) campak mungkin saja masih akan terjadi yang disebabkan adanya akumulasi anak-anak rentan karena tidak diimunisasi ditambah 15% anak yang walaupun diimunisasi tetapi tidak terbentuk imunitas (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
  • Penyakit hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis dengan gejala klinis demam, badan lemas, mual, selaput mata berwarna kuning atau air kencing berwarna seperti air teh.



  1. Gambaran Kejadian Luar Biasa Penyakit dan Keracunan Pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan, menyebutkan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut ditetapkan sebanyak 17 (tujuh belas) penyakit menular yang berpotensi untuk menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan ada 7 (tujuh) kriteria untuk menyatakan suatu daerah dalam keadaan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan yang selanjutnya disebut KLB Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber keracunan.

    1. Status Gizi Masyarakat
Pada umumnya KEP disebabkan oleh :
  • Faktor kemiskinan;
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI maupun MP-ASI serta Pemberian makanan sesudah bayi di sapih;
  • Kurangnya pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Dampak Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak-anak antara lain :
  • Menghambat pertumbuhan;
  • Rentan terhadap penyakit infeksi;
  • Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan;
  • Bila tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan status gizi akan lebih buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmic kwashiorkor, gizi buruk).
Tabel 17
Data Status Gizi Balita (BB/U dan BB/TB)
No
Nama Anak
Orang Tua
Alamat
L/P
Umur (Bln)
BB(kg)
TB (cm)
Status Gizi BB/U
Status Gizi BB/TB
1
Noval 
Aip/Risma
Bbk Aun
L
21
8,4
80
kurang
kurus
2
Fita 
Latif/Nurwenda
Urug
P
18
7,6
78
kurang
kurus
3
M.Afdal
Asip/Hana
Urug
L
22
9,1
82
kurang
kurus
4
Jihan 
Wahyu/Santi
Urug
P
28
9,1
86
kurang
kurus
5
Gias 
Hermansah/Ima
Urug
P
51
10,5
97
buruk
Sgt kurus
6
Hafizah
Deden/Rahmi
Lempong
L
8
6,5
67
kurang
kurus
7
Kiara
Tedy/Eli
Lempong
P
44
11
92
kurang
kurus
8
Nafina 
Dodi/Popi
Lempong
P
53
11,5
98
kurang
kurus
9
Syakila 
Rustandi/Eka
Andir
P
15
7
73
kurang
kurus
10
Tiara
Sutisna/Desi
Andir
P
35
10
88
kurang
kurus
11
Gilang 
Yani
Slgedang
L
59
13,2
102
kurang
kurus
12
Ahlam 
Tuti
Slgedang
L
58
12,4
100
kurang
kurus
13
Zahra 
Rani
Slgedang
P
35
10,5
92
kurang
kurus
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2017







Tabel 18
Cakupan pemberian Vit A sampai dengan bulan Desember 2017

NO

DESA
SASARAN BALITA
JUMLAH BUFAS
YANG MENDAPAT KAPSUL 
VIT A
6-11 BLN
12-59 BLN
6-11BLN
12-59 BLN
IBU NIFAS
1
Sukaraja
64
546
62
64
546
62
2
Sukakarya
90
639
65
90
639
65
3
Sukalaksana
59
294
39
59
294
39
Jumlah
213
1.479
166
213
1.479
166
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2017


Tabel 19
ASI Ekslusif
NO
DESA
SASARAN USIA 6 BLN
STATUS ASI EKLUSIF
L
P
JML
ASI EKLUSIF
NON ASI EKLUSIF
1
Sukaraja
23
20
43
18
19
5
1
2
Sukakarya
39
23
62
19
18
20
5
3
Sukalaksana
47
44
91
41
37
6
7
Jumlah
131
109
240
95
89
36
20
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2017

Komentar